A.
Konsep Dasar
Medis
1.
Pengertian
Tumor adneksa
adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba
fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan (Hanifa,
1997 hal 396). Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi yang
lebih sekunder berasal dari tumor ganas ovarium atau uterus.
2.
Etiologi
Penyebab tumor
adneksa tidak diketahui secara pasti tetapi diduga karena infeksi yang menjalar
ke atas dari uterus, peradangan ini menyebar ke ovarium dan tuba fallopi yang
menyebabkan berbagai gangguan dan terjadi pertumbuhan jaringan yang abnormal.
3.
Manifestasi
klinis
Pada awalnya
penyakit tidak menimbulkan gejala. Mula-mula keluhan samar-samar seperti :
perasaan lelah, makan sedikit, terasa cepat kenyang dan sering kembung,
kemudian timbul demam dan rasa nyeri pada uterus bagian kiri dan kanan. Diikuti
dengan gejala perdarahan pervagina mungkin juga disertai pengeluaran getah
vagina yang bercampur dengan darah.
4.
Patofisiologi
Dan penyimpangan KDM
Tumor adneksa
kebanyakan diakibatkan oleh infeksi yang menjalar sampai ke tuba fallopi
sehingga menyebabkan perlengketan dan penyempitan yang menyebabkan berbagai
macam gangguan dan terjadi pertumbuhan yang ganas. Jenis tumor yang paling
sering adalah adenokarsinoma mungkin juga ditemukan endotelioma atau
limposarkoma.
Menurut Taymor dan Hertig secara histopatologik adenokarsinoma dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan :
Menurut Taymor dan Hertig secara histopatologik adenokarsinoma dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan :
a.Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler : tumor belum mencapai otot tuba.
b.Jenis tumor dengan pertumbuhan papillo alvioler : tumor telah memasuki jaringan otot.
c.Jenis tumor dengan pertumbuhan alveo meduller : terlihat mitosis yang atopik dan infasi sel ganas ke saluran limpa.
5.
Klasifikasi
Menurut Taymor dan Hertig membagi tumor ini menjadi 3 (tiga) jenis menurut
keganasan.
a. Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler: tumor belum mencapai otot tuba
dan diferensiasi sel masih baik, batas daerah normal dengan tumor masih dapat
ditunjukkan.
b. Jenis tumor dengan pertumbuhan papiloaveoler (adenomatosa): tumor telah
memasuki jaringan otot dan terlihat gambaran kelenjar.
c. Jenis tumor dengan pertumbuhan alveomeduler: terlihat motosis yang
atopik dan terlihat investasi sel ganas ke dalam saluran limfe tuba.
6. pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan pelvik
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan pada vulva,
vagina dan serviks dengan palpasi organ dalam khususnya ovarium dan permukaan
uterus.
b. Test papanicolau
Merupakan pemeriksaan sistologis yang memungkinkan untuk
mendeteksi adanya sel yang abnormal dan mendeteksi keganasan tumor pada tahap
awal.
c. Ultra sound / USG
Digunakan untuk menentukan lokasi massa tumor
d. Endoskopi
Untuk melihat lapisan dan jaringan disekitarnya secara langsung:
1) Colposcopy : visualisasi vagina dan
serviks dibawah kekuatan magnet yang rendah.
2) Culdoscopy: pemasukan culdoskop melalui
vagina bagian belakang untuk melihat tuba fallopi dan ovarium.
3) Hysterescopy: pemasukan hyterescopy
melalui servik untuk melihat bagian dalam uterus.
4) Biopsi: untuk mengetahui jenis dan
keganasan sel.
5)
Laboratorium: urine lengkap dan darah lengkap. (Sarwono
prawirohardjo, 2007)
6.
Penatalaksanaan
Pembedahan.
Total Heroscopy Abdominal (THA) dan tanpa Bilateral Salpingo Oporectomy
(BSO) adalah penanganan yang sangat umum dilakukan pada tumor/ kanker
ginekologi.
b. Radio terapi.
Radiasi ulang intra cervical saat prabedah untuk mengecilkan tumor sehingga dapat menjamin tingkat keamanan saat dilakukan
pembedahan. (Sarwono prawirohardjo, 2007)
7.
Pencegahan
Sebelum
seseorang terkena penyakit yang cukup ganas ini lebih baik melaksanakan
tindakan pencegahan dengan cara :
a.Hindari pasangan koitus yang sering berganti.
b.Pemeriksaan pap smear minimal sekali setahun
B.
Konsep dasar
Keperawatan
1.
Pengkajian
Menurut Marilyn Doengues , 2000 data bergantung pada durasi/keparahan
dari masalah-masalah dasar dan keikutsertaan dari sistem tubuh lainnya. Mengacu
pada rencana khusus perawatan untuk data dan studi diagnosa yang relevan dengan
prosedur dan diagnosa keperawatan tambahan. Pengkajian data meliputi:
a. Pengumpulan data identitas terdiri
dari:
1) Identitas klien yaitu: nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke berapa,
lamanya perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, dan diagnosa
medic.
2) Identitas suami
b. Riwayat perjalanan penyakit
1)
Sirkulasi
Gejala: Hipertensi (respon terhadap nyeri / ansietas), Takikardi (respon
stres, hipovolemia)
2)
Integritas ego
Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis, factor-faktor sters
multiple misalnya: financial hubungan gaya hidup
Tanda: peningkatan ketegangan/peka rangsangan, stimulasi
simpatis.
3) Eliminasi
Gejala: perubahan pola defekasi, misalnya akibat
pembedahan.
4) Nyeri/kenyamanan
Gejala: berdenyut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak
Tanda: melindungi bagian yang sakit
5) Keamanan
Gejala: plester dan balutan, defisiensi immune ( resiko infeksi
sistemik dan
penundaan penyembuhan)
Tanda: munculnya proses infeksi yang melelahkan, demam
6) Aktivitas
Gejala: kelemahan/keletihan, adanya faktoryang mempengaruhi
seperti
nyeri.
7) Factor pendukung
Tingkat pengetahuan/pendididkan klien dan keluarga tentang
penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
c. Data psikologis
Pada klien dengan tumor adneksa biasanya di temukan adanya cemas sebelum
dan sesudah operasi. Disini dijelaskan tentang pola emosional
serta pola interaksi, perasaan-perasaan klien selama dirawat dan
pembedahan yang dialami.
d. Data social
Dibahas tentang hubungan klien dengan orang lain
e. Data spiritual
Membahas hubungan klien dengan penciptanya
f. Data penunjang
Disini dibahas tentang pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan untuk
pemeriksaan selanjutnya meliputi pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan
radiologi serta pengobatan yang telah diberikan.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respon terhadap masalah actual dan
resiko tinggi.
Menurut Marilyn E, Doenges, 2000, diagnosa keperawatan yang lazim terjadi
pada klien dengan gangguan sistem reproduksi “tumor adneksa” adalah:
a. Nyeri berhubungan dengan putusnya
kontinuitas jaringan
b. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan
dengan bedah abdomen, kelemahan otot abdomen
c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan
dengan penurunan kekuatan atau kelemahan
d. Personal hygiene kurang berhubungan dengan
perawatan diri
e. Kecemasan berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
f. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan persepsi yang salah tentang keadaannya., kurang pemajanan informasi
tentang penyakitnya.
g. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan
luka operasi.
3.
Rencana
Tindakan Dan Rasional
Tabel 1. Diagnosa 1
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat nyeri, misal lokasi, frekuensi, durasi, dan
intervensi nyeri
2. Observasi
tanda-tanda vital
3. Ajarkan teknik
relaksasi misalnya nafas dalam
4. Beri tindakan
kenyamanan, misal reposisi, usapan pada daerah nyeri.
5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
|
1.
Informasi dapat memberikan data untuk
menerapkan intervensi selanjutnya.
2. Sebagai indikator dalam
perkembangan proses penyakit yang dialami.
3. Nafas dalam dapat
memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol terhadap
rasa nyeri yang muncul.
4. Meningkatkan relaksasi dan
mengurangi rangsangan nyeri
5. Analgetik termasuk obat
yang dapat mengurangi (mengontrol rasa nyeri yang
dihantar oleh sistem simpatik.
|
b. Gangguan pola eliminasi (BAB)
Berhubungan
dengan
: factor fisik, bedah abdominal, dengan
4. manipulasi usus, melemahkan otot
abdominal, nyeri ketidaknyamanan
abdomen atau area perianeal.
Data penunjang : tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa
actual.
Tujuan
: klien menunjukan bunyi usus/aktivitas
peristaltik aktif dengan kriteria memperta hankan pola eliminasi biasanya.
Tabel 2. Diagnosa 2
Intervensi
|
Rasional
|
1. Auskultasi bising usus perhatikan
distensi abdomen, adanya mual/mual.
2. Bantu pasien untuk duduk pada tepi
tempat tidur dan berjalan
3. Anjurkan pemasukan cairan adekuat,
termasuk sari buah, bila pemasukan peroral dimulai.
4. Berikan obat, contoh pelunak veses,
minyak mineral laktasif sesuai indikasi
|
1. Indikasi adanya/perbaikan
uleus, mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Ambulasi dini membantu merangsang fungsi
intestina dan mengembalikan pestaltik.
3.
Meningkatkan pelunakan veses, dapat membantu merangsang
peristaltik.
4. Meningkatkan pembentukan pelunak veses.
|
c. Gangguan pemenuhan ADL
Berhubungan
dengan
: penurunan kekuatan dan ketahanan,
ketidakseimbangan neuromuscular, rasa sakit/ketidaknyamanan
Data
penunjang
: gangguan koordinasi, keterbatasan rentang
gerak, penurunan massa, kekuatan control otot.Enggan untuk
mencoba bergerak,ketidakmampuan
untuk bergerak dengan tujuan
tertentu.
Tujuan
: klien mendemostrasikan teknik/
Tingkah laku yang meningkatkan
kelangsungan atau melakukan
kembali aktifitas.
Table 3. diagnosa 3
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji kemampuan fungsional dan alasan ketidakseimbangan
2.
Lengkapi partisipasi dalam
perawatan diri dan aktifitas
3.
Bantu dalam memindahkan dan ambulasi bila dibutuhkan.
|
1. Mengidentifikasi kebutuhan/tingkat
intervensi yang dibutuhkan
2. Meningkatkan kemandirian dan kepercayaan
diri.
3. Mencegah terjadinya kecelakaan
seperti jatuh dan cedera.
|
d. Personal hygiene
Berhubungan dengan : depresi, putus asa, kehilangan
mobilitas, ketidakmampuan general,
ketidakseimbangan perceptual/kognetif.
Data penunjang
: ketidakmampuan mengatasi penampilan yang
tidak terpelihara
Tujuan
: klien mendemonstrasikan perubahan
tekhnik/gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan diri dengan kriteria menunjukan aktifitas perawatan diri
alam tingkat kemampua pribadi
5.
6.
7.
8. Tabel 4. Diagnosa 4
Intervensi
|
Rasional
|
1. Motivasi perawatan diri, bekerja dengan
kemampuan yang sekarang
2.
berikan keramas dan sediakan
bantu dengan perawatan kuku
3. Motivasi dorong/bantu dengan perawatan
mulut/gigi setiap hari.
|
1. Melakuakn untuk dirinya sendiri akan
meningkatkan perasaan harga diri, kegagalan apat menyebabkan keputusasaan dan
depresi.
2. Membantu mempertahankan penampilan
3. Mengurangi resiko penyakit
gusi/kehilangangigi.
|
e. Kecemasan
Berhubungan dengan :perubahan pada status kesehatan,peran
fungsi, pola interaksi, status social
ekonomi, lingkungan, kebutuhan yang
tidak terpenuhi perubahan yang baru, kehilangan
teman/orang yang terdekat.
Data penunjang :ketakutan, tidak dapat beristirahat,
pertanyaan yang berulang-ulang, mondar-mandir, aktivitas yang tidak bertujuan,
insomnia, tingkah laku bervariasi (tampil sangat gembira, menarik diri, kuatir, ketakutan,),
ketegangan wajah, gemetar.
Tujuan :klien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat
yang dapat diatasi dengan kriteria tampak rileks.
Tabel 5.Diagnosa 5
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebabnya bila
mungkin
2. Berikan waktu untuk mendengar pasien
mengenai masalah dan dorongan ekspresi perasaan yang benar,
misalnya: rasa marah, ragu, takut, dan sendiri.
3. Kembangkan hubungan pasien/perawat
|
1. Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan
kemampuan individu untuk menghadapinya denga n lebih realities.
2. Selalu berada dengan cara ini akan membuat pasien merasa
diterima, mulai mengakui dan berhadapan dengan lebih realities.
3. Hubungan yang saling mempercayai diantara pasien/orang
terdekat/staf akan meningkatkan perawatan dukungan yang optimal
|
f. Kurang pengetahuan
Berhubungan
dengan : tidak
mengenal sumber informasi
Data
penunjang
: pertanyaan, permintaan informasi
Tujuan
: klien menyatakan pemahaman kondisi
Table 6.Diagnosa 6
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat pengetahuan
2. Diskusikan dengan lengkap masalah yang
diantisipasi selama penyembuhan
3. Tinjau ulang efek pembedahan dan harapan pada masa yang
aka datang
|
1. Identifikasi pengetahuan yang dimiliki
klien
2. Factor fisik, emosi, dan sosial dapat
mempunyai pengaruh kumulatif, yang dapat memperlambat penyembuahan.
3. Memberikan dasar pengetahuan
|
g. Resiko terjadi infeksi
Berhubungan
dengan
: kulit yang rusak, trauma jaringan, statis
jaringan tubuh, munculnya zat- zat
pathogen, pemajanan lingkungan,
prosedur invasivf
Data
penunjang : tidak
dapat diterapkan, adanya tanda-
tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual
Tujuan : mengidentifikasikan factor-faktor resiko
individu dan intervensi untuk mengurangi resiko infeksi.
Table 7. diagnosa 7
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji adanya
infeksi
2. Tetap pada fasilitas control infeksi,
sterilisasi dan prosedur/kebijakan aseptic
3. Uji kesterilan semua peralatan
|
1. Identifikasi adanya infeksi yang terjadi
2. Tetapkan mekanisme yang direncanakan
untuk mencegah infeksi
3. Benda-benda yang dipekat mungkin tampak
steril, meskipun demikian, setiap benda harus teliti di periksa
kesterilannya.
|
9.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan telah tercapai atau sebaliknya.
Dalam mengevaluasi proses keperawatan, perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan memahami dalam menggambarkan intervensi.
Kriteria evaluasi menurut Marilynn E. Donges, 2000, sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah dipaparkan diatas antara lain adalah:
a. Mengatakan rasa nyeri/sakit telah
terkontrol/hilang
b. Menunjukkan bunyi usus/peristaltik aktif
mempertahankan pola eliminasi biasanya.
c. Mendemonstrasikan perubahan/gaya
hidup untuk memenuhi kebutuhan sendiri
d. Personal hygiene klien terpenuhi
e. Melaporkan ansietas berkurang sampai
tingkat yang dapat diatasi
f. Menyatakan pemahaman kondisi
g. Mengidentifikasi factor-faktor resiko
individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi
1.Carpenito, Lynda J, 1998, Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, EGC. Jakarta.
2.Depkes, 1999, Indonesia Sehat 2010 ; Visi Baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan, Jakarta.
3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa, editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
4.Guyton, Arthur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ; editor, Irawati Setiawan, Edisi 9, EGC; Jakarta.
5.Hudak, Gallo, 1997, Keperawatan Kritis, Edisi 6, EGC, Jakarta.
6.Hanafi, W, 1997, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Bina Pustaka, Jakarta.
7.Pearce, Evelyn C, 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.
8.Prayetni, 1997, Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Gangguan Sistem Reproduksi, Pusdiknakes, Jakarta.
0 Response to "Askep Tumor Adneksa"
Posting Komentar